Teman2 semuanya.. memang, dalam sebuah hubungan suami-istri,
kita emang ditakutkan jika kelak, kita tidak bisa menghasilkan keturunan, dalam
waktu tertentu. Dalam istilah medis, hal ini sering diistilahkan dengan
ketidaksuburan (infertilitas).
Sebenarnya, apa aja
sih yang bisa dikatakan sebagai kasus infertilitas itu?
Eh lu balik lagi nih.. kemana aja?? Hehe.. okedeh.. Menurut
buku yang pernah saya baca sih, sebuah kasus dapat didefinisikan sebagai
infertilitas jika dalam setahun, sudah tidak ada kehamilan pada si perempuan,
dengan syarat suami dan istri tidak memakai perlindungan, atau sering disebut
dengan kontrasepsi
Apa aja sih
faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas itu?
Menurut salah satu ginekologis (dokter spesialis kandungan
gitu), dr. Jonathan S. Berek, ada banyak sekali faktor yang menyebabkan
infertilitas, seperti:
·
Faktor laki-laki
- · Usia dan penurunan kualitas ovarium (sel telur)
- · Kelainan pada masa ovulasi (istilahnya itu, ketika perempuan sudah menghasilkan sel telur)
- · Kelainan pada saluran reproduksi perempuan, khususnya pada tuba uterina (untuk transportasi sel telur), biasanya sih, cidera, atau terjadi blockage,
- · Faktor dari uterine sendiri, mungkin ada anomali congenita.
- · Kondisi sistemik (di luar saluran reproduksi, misalnya ada penyakit infeksi autoimun, atau penyakit ginjal kronis)
- · Faktor dari serviks vagina, atau dari imun sendiri
- · Faktor tak terduga (kayak endometriosis tanpa disebabkan oleh tuba ato peritoneum)
NB : Endometriosis itu adalah kondisi dimana munculnya
jaringan endometrial (kelenjar dan stroma), diluar uterus, seringnya terlihat
di bagian pelvis viscera dan peritoneum (rongga perut), dapat didiagnosa
melalui laparoskopii, dan konfirmasi histologis, sering terjadi pada wanita
usia reproduktif, dan pada usia tua yang menjalani penggantian hormon.
Wah.. banyak juga yah,
faktornya, tapi saya agak bingung itu, itu gimana caranya kita bisa tahu kalo
infertilitas bisa dketahui oleh faktor tertentu?
Hmm.. pertanyaan bagus, itu sih, pertama-tama kita harus
mengawali dulu dengan pemeriksaan fisik, disini kita menyuruh masing2 untuk
mengukur Basal Body Temperature (BBT) terlebih dahulu, jadi, BBT itu adalah
suhu badan yang kita ukur tepat setelah kita bangun pagi, dan itu tidak boleh ada
gerakan sadar sebelumnya, jadi, kita perhatikan selama 30 hari, apakah ada
perubahan berarti, atau tidak, jika, ada, maka kita lanjutkan ke pemeriksaan
berikutnya, kalo tidak ada, berarti ada kelainan pada masa ovulasi.
Lah, kok bisa gitu?
Jadi, dalam satu bulan tersebut, kita emang melihat
perubahan pada BBT, dikarenakan pada masa ovulasi, itu, ada sekresi hormon
progesteron, yang bisa meningkatkan BBT kita sekitar 0.60F lah..
(hitung ke celsius berapa ya). Sehingga, jika, siklus ovulasi terjadi, akan
terlihat selalu perubahan BBT secara bifasik.
Lanjutin yah??
Okee!!
Jadi, setelah kita memperoleh pola bifasik pada BBT, kita
melanjutkan pada post-coital test, maksudnya tes setelah terjadinya coitus
(maaf, bersetubuh), tes ini bertujuan untuk mengetahui kualitas mukosa serviks,
atau mengukur jumlah sperma yang motil (bisa bergerak) pada saluran reproduksi
wanita setelah coitus, dan interaksi antara mukosa serviks dan sel sperma. Tes
ini dilakuksan 1- 2 hari sebelum waktu yang tepat untuk ovulasi wanita, karena
hasil tes ini sangat berpengaruh ada cukupnya hormon estrogen pada mukosa
serviks.
Hmm.. pemeriksaan
mukosa serviks yah.. apa aja sih yang diperiksa??
Kalo yang kubaca sih, itu yang diperiksa biasanya keregangan
pasca dirangsang sama estrogen, selain itu, juga diperiksa untuk melihat tipe ferning yang ada. Biasanya kalo udah ada
estrogen, bentuk mukosa terlihat bersih dan berair, sedangkan kalo masih ada
progesteron, terlihat tebal, kotor, dan kurang ferning. Terus untuk pemeriksaan keberadaan dan motilitas sperma,
dilakukan melalui mikroskop, dengan minimal 20 sperma untuk tiap lapangan
pandang besar (high-power field).
Hmmm... itu, jika
berhasil, gimana?? Ada kemungkinan gagal ga??
Pastinya dalam sebuah tes, ada kemungkinan berhasil ato
gagal sih, tapi kemungkinan gagalnya lebih besar sih, soalnya penyebab gagalnya
tes itu biasanya karena kualitas si mukosanya lemah, ada karena infeksi, ato
beberapa obat, contohnya Clomiphene
citrate yang memberikan efek anti-estrogen pada kelenjar serviks. Tapi,
yang palind sering terjadi itu karena timing untuk coitus yang kurang tepat.
Kalo emang berkali2 dicoba, tetep gagal, itu dapat disimpulkan infertilitas
terjadi karena serviks wanita, ato karena faktor ketidaksuburan pada pria. Kalo
berhasil, dilakukan biopsi pada endometrial, untuk mengecek apakah karena
kelainan pada fase luteal.
Oow.. keren juga..
Dari awal, ingin nanya juga sih, kok bisa sih pria menyebabkan infertilitas??
Terus, gimana bisa tahunya?
Ya, bisa doong.. kan, yang coitus itu kan pria ama wanita,
kalo gak kan, jadinya.. *ahsudahlah. Jelas, karna kalo organ reproduksi wanita
normal, tapi tetep infertil, kan, pria disalahin, ada apa nih ama si pria?? Jangan2,
dia bukan pria lagi. *loh.. maksudnya, ada yang aneh mungkin sama sperma, to
mungkin ada penyakit kelamin pada pria.
Oke.. serius.. untuk mengetahui apakah si pria yang jadi
aktor infertilitas pasangan, dilakukan namanya analisa sperma. Untuk mengukur
volume, motilitas, konsentrasi, dan morfologi (itu yang dasar sih), yang lebih
kompleks?? BANYAK!!!..
Jadi, kita pertama ngukur dulu parameter yang biasanya
diukur nih.. tak mulai dari volume dulu, gampang kan?? Ditaruh dalam sebuah
silinder, terus diukur 20 menit setelah ejakulasi, kenapa? Biasanya, pada waktu
20 menit itu adalah waktu terjadinya liquefaksi pada sperma. Volume normal sperma itu berkisar dari 1.5-5
mL. Rendah ketika terjadi kasus ejakulasi retrograd,, tinggi ketika ada
inflammasi pada kelenjar aksesoris.
Terus, yang kedua, kita mengukur konsentrasi sperma,
dijelaskan sebagai jumlah sperma per mililiter pada ejakulasi. Menurut WHO,
konentrasi normal minimum sperma adalah 20 juta per mililiter. Yang ketiga,
ukur motilitas sperma, untuk memeriksa, kemungkinan adanya bagian sperma yang
bergerak progresif dalam sebuah ejakulat. Progressive motility disini disebutkan
jika spermatozoa bergerak sangat aktif dan linear dalam lingkaran besar, atau
linear. Kondisi normalnya adalah jika 50% spermatozoa dinyatakan bergerak
progresif, kalo kurang, disebut asthenozoospermia.
Terus nih, parameter terakhir yang diukur adalah morfologi
sperma, jika kita menggunakan kriteria Tygerberg, maka kelainan kecil pada
bagian spermatozoa (head, midpiece, tail), sudah dianggap abnormal, kategori
dimana sperma dinyatakan abnormal secara morfologi:
- · Head defect : large or small, tapered, pyriform, round, amorphous, vacuoated (more than 2 vacuole, or >20% of head area occupied by vacuole), double head, or combinations
- · Midpiece defect : asymmetrical insertion of midpiece into head, thick or regular, sharply bent
- · Tail defect : short, multiple, broken, smooth hairpin bends, sharply angulated bend, irregular width, coiled, or combinations
- · Excess residual cytoplasm :abnormal spermatozoa from defective spermatogenic process.
Menurut kriteria Tygerberg, jika lebih dari 14% spema
memiliki morfologi normal, itu sangat bagus, kalo 4%-14% itu masih dianggap
bagus, dengan syarat dan ketentuan tertentu, kalo kurang dari 4% itu kurang
normal.
Dalam sperma, kita bisa juga nih mendeteksi kandungan sel
darah putihnya, menggunakan teknik pewarnaan
methylene blue atau immunoperoxidase juga boleh, dengan memakai rumus..
C = N X S / 200
dimana C = leukocyte ato sel bulat (million/ml), N = number
of leukocyte ato sel bulat in 200 sperms, S = sperm concentration (million/ml)
Nilai normalnya. Sel bulat : 5 juta sel / ml, Sel darah
putih : 1 juta sel / ml.
Jika, dalam kondisi ini, semua parameter normal, berarti
sperma si cowok ini normozoospermia, kalo ada yang ga normal, berarti dia :
- · Oligozoospermia : jumlah sperma berkurang
- · Asthenozoospermia : motilitas sperma berkurang
- · Teratozoospermia : morphologi sperma berkurang normalitasnya
- · Oligoasthenoteratozoospermia : semua variabel berkurang
- · Azoospermia : tidak ada sperma di semen
- · Aspermia : tdak ejakulasi
- · Leucocytospermia : sel darah putih meningkat di semen
- · Necrozoospermia : semua sel sperma tidak motile dan viable
Ohya, untuk pengobatan tadi, kita menggunakan clomiphene
citrate, yang bekerja untuk meningkatkan level LH, FSH, dan testosteron.
Penggunaan varicocele tidak bagus karena menggangu vena spermatica interna dan
harus dihindari.
Hmm.. ribet juga yah,
analisis sperma, tapi asik sih, buat cowok2, untuk mengecek, dia subur atau
tidaknya, hehe. Eh, tadi, yang ngebahas endometrial biopsy itu gimana ya??
Ohya, jadi, jika hasil tes pasca-koitus tadi menunjukkan
hasil yang bagus, maka perlu dilakukan pemeriksaan endometrial biopsy,
dilakukan harusnya sebelum menstruasi atau 18 jam sebelum keluarnya. Jika,
dalam pemeriksaan endometrium, menunjukkan fase yang aneh selama 3 hari, maka,
ditentukanlah bahwa infertilitas terjadi katena kelainan fase luteal. Diobati
dengan clomiphene citrate, pada hari 5 – 9 siklus ovulasi. Atau dua kali
supositori progesterone, pada hari 18 sampai terjadinya menstruasi ato konsepsi.
Ohya, jika hasil dari tes tersebut masih menunjukkan angka normal, perlu
dilakukan hysterosalphingogram untuk memeriksa kelainan anatomis pada kelenjar
reproduksi wanita.
HYSTEROSALPHINGOGRAM??
Gimana caranya? Terus diapain?
Jadi, hysterosalphingogram ini digunakan untuk mengamati
jika ada kelainan struktural pada tuba uterina ato pada ovarium. Secara EBM,
ini teruji lho, alat ini memiliki sensitivitas sebesar 85%-100% mengamati
oklusi. HSG ini caranya yah, dilihat gitu strukturnya, cuma harus dilakukan
pada hari 6 dan 11 siklus, untuk mengamti terjadinya kelainn pembuluh darah
karena dilatasi vena periuterina.. Tes ini memiliki banyak sekali efek samping,
seperti laserasi sefviks, perforasi uterine, hemorrhage, dan respon allergi
karena pewarnaan. Jika, ditemukan adanya keanehan anatomis, maka lakukanlah
koreksi, tapi jika tidak, lakukanlah laparoskopi jika dalam waktu 3-6 bulan
setelah HSG, tidak terjadi konsepsi, dimana prosedur ini dapat menguji dengan
teliti, arsitektur eksternal dari tuba, serta dapat menyembuhkan kelainan
anatomis secara langsung.
Jika ditemukan
keanehan, maka gimana nih penyembuhannya?
Karena, kita menggunakan laparoskopi untuk mengetahui
kelainan anatomis secara jelas, cara yang terbaik adalah dengan melakukan
koreksi anatomis pada tubal atau peritoneal. Begitu.
Gimana nih??
Yah, udah dapet banyak
ilmu nih soal infertilitas, ternyata banyak juga ya penyebabnya, tapi juga
banyak sih treatment yang bisa dilakukan. Lumayan lah
NB : Kalo ada komentar, atau koreksi dan tambahan materi,
bisa kirim ke email saya di farhandika@yahoo.com,
atau lewat twit ke @farhan_mursyid.. terimakasih..
Keren... Bagus buat review blok 2.1 :D
BalasHapus